Puisi pertama berjudul 'Tentang Laut"
"Tentang Laut"
Aku adalah laut
Yang tak mengerti mengapa ombakku bergelut
Terombang-ambing mengikut arah angin
Seolah tak memiliki pendirian
Aku adalah laut
Yang hidup hanya untuk pasang dan surut
Oleh permainan gravitasi indurasmi
Kala purnama dan perbani
Aku adalah laut
Yang masi menyapa bulan
Dengan sumringahnya suara deburan
Terus dewana pada afsun temaramnya
Apa salah jika laut berharap memilikinya ?
Aku adalah laut
Yang sadar bahwa kirana bulan
Bukan hanya menyinari lautan
Tapi seisi bumi yang kegelapan
Ternyata bulan bukan di takdirkan untuk lautan
Karena sejatinya dia milik nabastala tanpa bantahan
nutellaas
arti dari puisi "tentang laut" menurut ku :
Puisi tersebut memiliki interpretasi yang terbuka untuk berbagai pemahaman, tetapi secara umum, puisi ini tampaknya menggambarkan perasaan atau identitas seorang individu yang merasa seperti laut. Puisi ini menggunakan bahasa metafora dan gambaran laut untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam tentang eksistensi dan perasaan sang penulis. Berikut adalah beberapa kemungkinan interpretasi:
1. Identitas dan Keterbatasan: Puisi ini bisa mencerminkan perasaan sang penulis tentang identitasnya dan keterbatasan yang dirasakannya. Seperti laut yang tak memiliki pendirian, penulis mungkin merasa kehilangan arah atau tujuan hidupnya.
2. Siklus Kehidupan: Metafora pasang surut laut dapat diartikan sebagai siklus kehidupan. Seperti laut yang hidup untuk pasang dan surut, manusia juga mengalami berbagai fase dalam hidupnya.
3. Pergumulan dan Pencarian Makna: Ombak yang bergelut dan laut yang terombang-ambing menggambarkan pergumulan dan pencarian makna dalam hidup. Penulis mungkin merasa seperti sedang mencari arah atau tujuan yang jelas.
4. Keindahan dan Keabadian: Meskipun laut menyapa bulan dan berharap memilikinya, ada kesadaran bahwa bulan tidak hanya milik laut, tetapi juga milik seluruh bumi. Ini bisa diartikan sebagai refleksi tentang keindahan dan keabadian sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
5. Kesadaran akan Kebenaran: Akhir puisi menyoroti kesadaran bahwa bulan sejatinya bukan untuk laut, melainkan untuk "nabastala tanpa bantahan." Ini mungkin mencerminkan pemahaman penulis tentang kebenaran atau takdir yang lebih besar dalam kehidupan.
Perlu diingat bahwa puisi adalah bentuk seni yang terbuka untuk berbagai interpretasi, dan setiap pembaca dapat merasakannya dengan cara yang berbeda.
Blogger Comment
Facebook Comment